Melihat aksi demo besar-besaran para buruh baru baru ini memang luar biasa, pada awalnya banyak pihak yang berempati kepada para saudara buruh yang menuntut perbaikan ekonomi mereka dengan meminta kenaikan gaji, tapi begitu melihat kenyataan besarnya tuntutan yang diajukan (3,7 jt/bln) dan kenyataan dilapangan bagaimana perilaku para pendemo yang menuntut kehicupan layak justru sebaliknya, demo menuntut kehidupan yang layak tapi pake smartphone dan bawa motor ninja 250, hadeh.....
berikut ini ada beberapa perbandingan yang patut dicermati, kebetulan ane bukan orang jakarta dan tidak tinggal dijakarta jadi perbdingan dengan kehidupan di kota ane
1. Tenaga Honorer disekolah (staf TU dan Guru Tidak Tetap). jika buruh jakarta digaji 2,4 jt masih tidak cukup untuk hidup dijakarta pindah aja dah ke jambi disini tenaga honor bahkan ada yang cuma bergaji Rp 300 000/bln. emang cukup gaji segitu? ya gaklah tapi herannya kok ada yang sudah bertahun tahun jadi guru tidak tetap dengan gaji segitu dan gak demo, tetap bisa menyekolahkan anaknya dan bisa punya rumah, bahkan ada yang kuliah s2. hadeeeeeh..... kok bisa ya? jawabannya adalah rasa syukur dan berusaha memanfaatkan skill yang dimiliki untuk menambah penghasilan serta tidak hidup serba konsumeris, jika buruh yang demo beli samsung sIII untuk gaya maka guru honor beli laptop buat mengajar, nah bedakan bro? jika buruh jakarta beli ninja 250r buat gaya maka honorer kredit motor bebek low end buat transportasi ke tempat kerja. jika buruh masih punya uang sisa dari gajinya, uangnya dipakai untuk makan direstoran cepat saji beda dengan honorer yang memberikan uang sisa kepada istrinya untuk berjualan makanan dan kue dirumah.
2. karyawan toko. dengan jam kerja yang rata rata 8 jam perhari dijambi karyawan toko pada umumnya mendapat pengahsilan kisaran Rp 700 0000 s/d 1,5 jt rupiah tergantung besarnya tanggung jawab yang dibebankan dan toko tempat bekerja. kira kira cukup gak ya? gak tau juga bro tapi kenyataannya diparkiran karyawan mall sekitar tempat tinggal sih penuh sesak dengan motor baru walau bukan ninja 250, hee..... cuma matic doank. setidaknya mereka bisam mengatur keuangan mereka dan gak ada demo aturannya cukup jelas, gaji segitu kalo mau silahkan kerja kalo gak sanggup kami cari karyawan lain.
buat perbandingan aja biaya hidup dijambi untuk harga makan (nasi bungkus + rendang) rata-rata 12000 s/d 15 000 rupiah disini harga makanan mahal dan terbatas sarana transportasinya kemana kemana harus naik motor atau angkot itupun kalo ada trayeknya, selebihnya ojek jarak 5 km aja bisa 10 rb rupiah sekali jalan, 5 km jambi tidak seperti di jakarta yang butuh ditempuh hingga memakan waktu lama disini sih cuma 7 menit doank.
Lalu salahkah buruh menuntut perbaikan taraf hidupnya? jawabannya tidak salah hanya saja mungkin tuntutan itu dalam bentuk yang berbeda bukan kenaikan gaji secara frontal 50% seperti itu. Bisa saja buruh menuntut peningkatan skill dalam bekerja, akses untuk melanjutkan pendidikan agar bisa menjejak jenjang karir diperusahaan jadi tidak selamanya jadi buruh. menuntut diadakannya pelatihan kewirausahaan diperusahaan sehingga jika mereka putus kontrak dengan uang gaji yang ada bisa memulai bisnis sendiri atau usaha sendiri didaerah lain tentunya bukan dijakarta, indonesia itu luas bro bukan cuma jakarta, setidaknya kami tetap bisa hidu tenang didaerah meski kota kami tidak gemerlap seperti jakarta.
semoga tulisan ini bisa dijadikan bahan renungan, amin. jayalah selalu negriku......
Berita olah raga, otomotif dan seputar kita